Jumat, 27 Mei 2011

analisis penerapan SIG di bewrbagai Bidang

Sistem Informasi Geografi Perikanan; Sebuah Wacana
Dunia kelautan merupakan dunia yang sangat dinamis, disini hampir semunya bergerak kecuali dasar lautan . Di wilayah yang merupakan bagian bumi terbesar ini, terdapat banyak sumber daya alam yang bisa menghasilkan pendapatan yang tinggi untuk suatu daerah atau pemerintahan, contohnya adalah sumber daya ikan. Indonesia merupakan suatu negara yang sangat luas dan memiliki sumber daya perikanan yang sangat besar juga. Dengan luas lautan sekitar 5,8 juta km2 dan panjang pantai kurang lebih 81.000 km, maka potensi pendapatan ekonomi dari bidang perikanan akan sangat besar sekali. Menurut Kusyanto (2001) potensi sumber daya perikanan di Indonesia adalah 6.1 juta ton per tahun dan baru termanfaatkan sekitar 57%. Kurangnya pemanfaatan teknologi dalam eksploitasi sumber daya ikan2 tersebut menyebabkan tidak optimumnya pemanfaatan sumber daya ikan yang ada. Pemanfaatan suatu teknologi seperti Sistem Informasi Geografis untuk perikanan di harapkan dapat mampu memberikan suatu gambaran dan suatu tampilan spasial tentang sumber-sumber atau spot-spot perikanan di wilayah indonesia yaitu dengan menggabungkan faktor-faktor lingkungan yang mendukung tempat hidup dan berkumpulnya berbagai jenis ikan tersebut sehingga dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan hasil penangkapan ikan.
Setiap jenis ikan mempunyai suatu kriteria-kriteria lingkungan tersendiri untuk kenyaman hidupnya *ya mirip kayak manusia juga sih, namanya juga mahluk hidup *. Kriteria-kriteria lingkungan tersebut adalah seperti suhu, makanan (chlorophyl-a), salinitas, pertemuan masa air (eddy), upwelling, dll. Contohnya untuk ikan albacore tuna di laut utara pasifik, ikan ini suka hidup pada kisaran suhu 18.5 – 21.5 oC, dan tingkat klorofil-a 0.3 mg/m3 (Polovia et al., 2001; Zainuddin et al., 2004 dalam Zainuddin, 2006), sedangkan ikan cakalang dan tuna kecil (litle tuna) lebih bahagia hidup pada daerah dengan kisaran suhu 23 – 28 oC (Leavestu dan Hela, 1970 dalam Kusuma, 2004).
Keadaan2 lingkungan yang merupakan syarat kebahagian hidup bagi ikan2 tersebut merupakan suatu sebaran spasial yang dapat di olah dengan Sistem Informasi Geografi. Data-data lingkungan tersebut dapat di peroleh dari data penginderaan jauh seperti Sea Surface Temperature (SST)/suhu laut dan klorofil-a yang bisa diperoleh dari citra MODIS yang bias. sedangkan data-data lokasi pendaratan kapal penagkapan, batas pantai bisa diperoleh dari survei lapangan dan peta dasar wilayah.
Sistem informasi geografi merupakan suatu interaksi antara data-data atribut dan data spasial yang bereferensi geografi. Keunggulan SIG ini dapat dijadikan masukan berharga bagi para nelayan atau pengusaha perikanan untuk mengetahuai lokasi-lokasi penangkapan ikan. Pertanyaan yang sering di lontarkan nelayan adalah dimana lokasi penangkapan ikan yang baik? dan kapan waktunya? Dengan SIG perikanan pertanyaan2 ini bisa di jawab, dengan bantuan data SST, klorofil, PAR (Photosintesis Actibe Radiation) dll bulanan dalam beberapa tahun yang diperoleh dari PJ dan dianalisis dengan SIG akan memberikan tampilan secara geografis kencendrungan seberan dari faktor2 lingkungan yang disukai oleh ikan yang akhirnya memberikan gambaran daerah perkiraan penangkapan ikan.
SIG perikanan lebih sering bermain dengan bentuk data raster. Data2 SST, klorofil dll tersebut merupakan suatu data dari citra satelit yang berbentuk raster. Data raster mempunyai kelemahan dalam proses penyimpaan dan kemampuannya berinteraksi dengan data atribut. Data bentuk raster membutuhkan tempat penyimpanan yang sangat besar sehingga boros hardisk, data raster juga merupakan data angka per pixel sehingga tidak bisa di gabung dengan data tabel, keadaan ini terjadi apabila data raster tersebut bersifat degradasi. Untuk bisa menggabungkannya dengan data tabel harus di reklasifikasi terlebih dahulu, sehingga membentuk ID2. Interkasi data atribut dengan data spasial sangat berguna pada lokasi pendaratan ikan, dimana pelaporan secara berkala tentang hasil penagkapan ikan akan memberikan informasi wilayah penghasil ikan terbesar dan informasi tentang pemanfaatan potensi perikanan yang ada disekitar lokasi pendaratan kapal.
Pengembangan SIG untuk kelautan mempunyai dua kendala umum, pertama bahwa dasar-dasar perkembangan SIG adalah untuk keperluan analisis keruangan pada suatu lahan (land-based sciences), kedua analisis SIG untuk laut lebih banyak menggunakan 3D, sedangkan SIG sendiri masih kurang mampu mengaplikasikan 3D secara baik pada daerah2 yg luas (Davis dan Davis 1988; Wright dan Goodchild 1997 dalam Kusuma, 2004).




















Evaluasi Kesesuaian Curah Hujan, Temperatur dan Ketinggian untuk Tanaman Pisang dengan GIS
20 Januari 2009 — La An
Sekarang akan dicoba mengaplikasikan GIS untuk membuat pola sebaran spasial dari kesesuaian lahan untuk tanaman pisang di pulau Bali. Akan tetapi disini hanya melihat dari kesesuaian karakteristik lahan terhadap curah hujan, ketinggian tempat dan juga suhu. Ketiga karakterisik lahan tersebut merupakan karakteristik lahan yang tidak bisa dirubah kelas kesesuaiannya. Sehingga apapun keadaan dan kondisinya di alam, maka kita harus bisa menerima kondisi tersebut. Jika tidak sesuai, jangan dipaksakan untuk menanam pisang di daerah tersebut, walaupun keadaan yang lain mendukung. Seperti yang ditulis sebelumnya disini, Evaluasi Lahan merupakan suatu proses penilaian suatu lahan sehingga sesuai dengan kondisinya pada penggunaan-penggunan tertetentu (Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2001).
Kenapa dipilih pisang… dalam ajaran tata susila dan filsafat agama Hindu, banten merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam melakukan upacara keagamaan. Banten dalam fungsinya sebagai sarana upacara hampir selalu menggunakan buah. Bersama-sama unsur pelengkap lainnya seperti jajan, umbi-umbian, bunga, dan daging, kehadiran buah dalam banten adalah sebagai simbol sari bumi yang dipersembahkan ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa (Parisada Hindu Dharma, 1968 dalam Parining dan Bhaskara, 2002). Dengan kenyataan seperti ini, mnjelaskan bahwa kebutuhan pisang di Bali akan selalu tetap, karena kebutuhannya yang selalu kontinyu. Akan tetapi buah pisang masih harus didatangkan dari luar Bali sekitar 100.000 ton per tahun dengan nilai sekitar Rp 300-400 milyar (Bali Post, 25-11-2002). Keadaan ini apakah menandakan bahwa produksi pisang di bali sedikit sehingga tidak mencukupi kebutuhan pasar? Bali memiliki tanaman pisang sebanyak 9,1 juta pohon selama tahun 2007 menghasilkan 145.394 ton, meningkat dibanding tahun sebelumnya yang tercatat 137.361 ton terdiri berbagai jenis buah pisang (FormatNews, 22-09-2008). Melihat data diatas, berarti kebutuhan pisang di Bali bisa sekitar 200.000an ton per tahun. Kebutuhan pisang sebanyak itu sebenarnya merupakan peluang bagi petani dalam mengembangkan budidaya pertanian tersebut. Namun peluang tersebut belum dapat dimanfaatkan secara maksimal, karena hampir sebagian besar kebutuhan pisang didatangkan dari Jawa dan daerah-daerah lainnya di Indonesia (Kompas, 20-07-2008)
Selain kebutuhan untuk upacara keagamaan, pisang juga sangat bermanfaat untuk kesehatan. Buah pisang, terutama yang matang, memiliki beberapa kandungan seperti protein, lemak, karbohidrat, kalsium, fosfor, serat, beberapa vitamin (A,B1, B2 dan C), zat besi, dan niacin. Kandungan mineralnya yang menonjol adalah kalium (Wirakusumah, Emma S, 1977 dalam Tokoh, 12-09-2005). Memakan dua buah pisang sehari dapat mempertahankan daya ingat dan mengatasi masalah kepikunan (Nurchasanah, 2009). Wuih… asyik bngat tuh… untung aja suka makan pisang
Sekarang kita masuk ke GISnya… bahan-bahan yang diperlukan (seperti acara masak memasak nieh ) adalah peta sebaran pos hujan beserta data rata2 curah hujan tahunannya atau peta isohyet hujan Pulau Bali, peta ketinggian tempat Pulau Bali, data suhu di salah satu stasiun klimatologi BMG Provinsi Bali, dan kriteria persyaratan penggunaan/karakteristik lahan untuk tanaman pisang dari Djaenudin dkk. (2003). Berdasarkan kriteria dari Djaenudin dkk. tersebut, persyaratan penggunaan/karakteristik lahan untuk temperatur adalah sangat sesuai (S1) bila temperatur rata-rata 25 – 27 oC, sesuai (S2) bila temperatur rata-rata 27 – 30 oC dan atau temperatur rata-rata 22 – 25 oC, cukup sesuai (S3) bila temperatur rata-rata 30 – 35 oC dan atau temperatur rata-rata 18 – 22 oC, dan tidak sesuai (N) bila temperatur rata-rata > 35 oC dan atau temperatur rata-rata < 18 oC. Persyaratan penggunaan/karakteristik lahan untuk curah hujan adalah sangat sesuai (S1) bila curah hujan tahunan rata-rata 1500 – 2500 mm, sesuai (S2) bila curah hujan tahunan rata-rata 1250 – 1500 mm dan atau curah hujan tahunan rata-rata 2500 – 3000 mm, cukup sesuai (S3) bila curah hujan tahunan rata-rata 1000 – 1250 mm dan atau curah hujan tahunan rata-rata 3000 – 4000 mm, dan tidak sesuai (N) bila curah hujan tahunan rata-rata > 400 mm dan atau curah hujan tahunan rata-rata < 1000 mm. Persyaratan penggunaan/karakteristik lahan untuk ketinggian tempat (dpl) adalah sangat sesuai (S1) bila ketinggian tempat < 1200 m, sesuai (S2) bila ketinggian tempat 1200 – 1500 m, cukup sesuai (S3) bila ketinggian tempat 1500 – 2000 m, dan tidak sesuai (N) bila ketinggian tempat > 2000 m.
Setelah kita mempunyai peta isohyet dan ketinggian temapt maka proses selanjutnya adalah mereklasifikasi peta ishohyet dan ketinggian tempat sesuai dengan kriteria di atas. Dan untuk suhu, maka dilakukan pendekatan dengan persamaan yang dimodifikasi dari Meléndez-Colom (2009) yaitu:
(([DEM] * 0.00558 ) * -1) + (suhu rata-rata tahunan dipos pengamatan + (0.00558 * ketinggian pos tersebut dari permukaan laut))
persamaan ini bisa langsung digunakan di Map Calculator di ArcView, yang dibutuhkan adalah adalah data ketinggian tempat (DEM), suhu di pos pengamatan (oC) dan ketinggian pos pengamatan tersebut dari muka laut (m). Dasar dari persamaan tersebut adalah bahwa setiap kenaikan ketinggian 100 m maka suhu akan menurun sekitar 0.6 oC atau tepatnya 0.558 oC. Dari memasukkan persamaan diatas diperolehlah peta sebaran temperatur dan dilakukan proses reklasifikasi sesuai dengan kriteria diatas.
Setelah dilakukan proses reklasifikasi maka diperoleh peta kesesuain lahan untuk tanaman pisang berdasarkan suhu diperoleh 4 kelas, ketinggian 4 kelas dan curah hujan 3 kelas seperti pada gambar di bawah.




Selanjutnya ketiga peta tersebut di tumpang tindihkan dan diperolehlah peta kesesuain lahan untuk tanaman pisang berdasarkan kondisi curah hujan, temperatur dan ketinggian tempatnya seperti pada gambar dibawah.

Berapa luasannya? Luasan perkabupaten diperlihatkan pada tabel dibawah

Untuk lebih memaksimalkan lagi penelitian-penelitian seperti ini, sebaiknya dimasukkan juga data-data seperti peta jenis tanah, geologi, tata ruang dan penggunaan lahan. Hal ini akan memberikan hasil yang lebih baik seperti dapat diketahuinya kesuburan tanahnya, penggunaan lahannya dan juga perencaan akan lahan tempat penelitinnya…
DAFTAR PUSTAKA
Djaenudin D., Marwan H., Subagjo H., dan A. Hidayat. 2003. Petunjuk Teknis Evaluasi Lahan untuk Komoditas Pertanian. Edisi ke-1. Balai Penelitian Tanah, Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat. Bogor.

GIS untuk Penginderaan Jauh dan Indeks Vegetasi
27 Februari 2008 — La An
Penginderaan jauh mempunyai kemampuan untuk menghasilkan data spasial yang susunan geometrinya mendekati keadaan sebenarnya dari permukaan bumi dalam jumlah yang banyak dan waktu yang cepat. Keadaan ini membutuhkan suatu sistem pengelolaan dan penanganan data yang tepat dan efisien sehingga informasi spasial dari citra penginderaan jauh yang diperoleh dapat berguna untuk kepentingan yang luas.
Penginderaan jauh tidak pernah lepas dari Sistem Informasi Geografi (SIG). Data-data spasial hasil penginderaan jauh merupakan salah satu data dasar yang dipergunakan dalam analisis SIG. Dalam perkembangannya data-data SIG juga berguna dalam pengolahan data penginderaan jauh (Barus dan Wiradisastra, 2000). SIG sangat baik dalam proses manajemen data, baik itu data atribut maupun data spasialnya. Integrasi antara data spasial dan data atribut dalam suatu sistem terkomputerisasi yang bereferensi geografi merupakan keunggulan dari SIG.
Data penginderaan jauh merupakan data hasil pantulan objek dari berbagai panjang gelombang yang di tangkap oleh sebuah sensor dan mengubahnya menjadi data numerik serta bisa dilihat dalam bentuk grafik atau citra (imaginery) (Purwadhi, 2001). Sedangkan pemanfaatan data-data penginderaan jauh dilakukan karena tersedia dalam jumlah yang banyak, mampu memperlihatkan dearah yang sangat luas, tersedia untuk daerah yang sulit terjangkau, tersedia untuk waktu yang cepat, dan dapat memperlihatkan objek yang tidak tampak dalam wujud yang bisa dikenali objeknya (Sutanto, 1989). Salah satu contoh aplikasi data penginderaan jauh adalah untuk melihat indeks vegetasi dan mengestimasi jumlah penyerapan Carbon Dioksida (CO2) oleh tanaman. NDVI (Normalized Difference Vegetation Index) merupakan metode yang sering digunakan untuk memanfaatkan data spektral indeks vegetasi (Spectral Vegetation Index (SVI)) dari penginderaan jauh. Spektral indeks vegetasi dari data penginderaan jauh terbentuk karena adanya perbedaan pantulan gelombang dari daun tanaman hidup dengan objek-objek yang lain dipermukaan bumi pada panjang gelombang hijau (visible) dan infra merah dekat (invisible) (Horning, 2004)
Kemampuan suatu citra (imaginery) menangkap dan menampilkan suatu informasi dari permukaan bumi sangat tergantung dari resolusi spasial, resolusi temporal, resolusi radiometrik dan resolusi spektralnya (Purwadhi, 2001). Setiap jenis citra mempunyai jenis resolusi yang berbeda-beda baik itu resolusi spasial, resolusi temporal, resolusi radiometrik maupun resolusi spektralnya sehingga mengakibatkan kemampuan suatu citra dalam menangkap dan menampilkan informasi juga berbeda-beda. Keadan ini juga terjadi pada kemampuan citra dalam menangkap dan menampilkan informasi indeks vegetasi.
Gambar disamping adalah contoh gambar citra dimana yang diperlihatkan adalah sebaran vegetasi yang didukung oleh tampilan dari citra ikonos. dan gambar di bawahnya adalah sebaran warna indeks vegetasi yang diolah melalui program2 GIS.
Pengolahan data penginderaan jauh dengan memanfaatkan SIG diharapkan mampu memberikan informasi secara cepat dan tepat sehingga dapat digunakan sesegera mungkin untuk keperluan analisis dan manipulasi data.








Prediksi Erosi dengan USLE dan Sistem Informasi Geografi
18 Desember 2008 — La An
PREDIKSI EROSI DENGAN MENGGUNAKAN METODE USLE DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI (SIG) BERBASIS PIXEL DI DAERAH TANGKAPAN AIR DANAU BUYAN
Abd. Rahman As-syakur
Pusat Penelitian Lingkungan Hidup (PPLH) Universitas Udayana
Jl. PB. Sudirman Denpasar-Bali
Abstrak
Erosi merupakan kejadian alami dimuka bumi ini, akan tetapi karena pengaruh manusia manusia kejadian erosi menjadi lebih besar dari keadaan alaminya pada daerah-daerah tertentu seperti di Daerah Tangkapan Air (DTA) Danau Buyan-Bedugul-Bali. Erosi di DTA danau buyan bisa diprediksi menggunakan metode USLE dan Sistem Informasi Geigrafi (SIG) berbasis pixel. Dalam aplikasi SIG pemanfaatan data DEM digunakan untuk mencari nilai faktor LS dan penelitian sebelumnya yang dilakukan di daerah yang sama digunakan sebagai pembanding untuk melihat kesamaan hasil dari metode prediksi ini. Hasil penelitiannya menunjukan bahwa nilai faktor LS yang diperoleh dari analisis data DEM didominasi oleh nilai yang <2 dan besar erosi juga didominasi oleh erosi yang kurang dari 2 ton ha-1 thn-1. erosi yang tinggi hanya terjadi pada tempat-tempat dimana terjadi akumuluasi aliran atau ditempat-tempat pertemuan aliran yang ada. Aplikasi SIG memperlihatkan hasil yang tidak jauh berbeda dengan penelitian yang menggunakan data lapangan pada wilayah-wilayah yang mempunyai tingkat bahaya erosi sangat ringan, akan tetapi perbedaan yang sangat mencolok terlihat pada wilayah-wilayah yang mempunyai tingkat bahaya erosi berat dan sangat berat.
Kata Kunci: Erosi; USLE; Sistem Infoemasi Geografi; Faktor LS
PENDAHULUAN
Erosi tanah merupakan kejadian alam yang pasti terjadi dipermukaan daratan bumi. Besarnya erosi sangat tergantung dari faktor-faktor alam ditempat terjadinya erosi tersebut, akan tetapi saat ini manusia juga berperan penting atas terjadinya erosi. Adapun faktor-faktor alam yang mempengaruhi erosi adalah erodibilitas tanah, karakteristik landskap dan iklim.
Akibat dari adanya pengaruh manusia dalam proses peningkatan laju erosi seperti pemanfaatan lahan yang tidak sesuai dengan peruntukannya dan/atau pengelolaan lahan yang tidak didasari tindakan konservasi tanah dan air menyebakan perlunya dilakukan suatu prediksi laju erosi tanah sehingga bisa dilakukan suatu manajemen lahan. Manajeman lahan berfungsi untuk memaksimalkan produktivitas lahan dengan tidak mengabaikan keberlanjutan dari sumberdaya lahan.
Metode USLE (Universal Soil Loss Equation) merupakan metode yang umum digunakan untuk memperediksi laju erosi. Selain sederhana, metode ini juga sangat baik diterapkan di daerah-daerah yang faktor utama penyebab erosinya adalah hujan dan aliran permukaan. Wischmeier (1976) dalam Risse et al. (1993) mengatakan bahwa metode USLE didesain untuk digunakan memprediksi kehilangan tanah yang dihasilkan oleh erosi dan diendapkan pada segmen lereng bukan pada hulu DAS, selain itu juga didesain untuk memprediksi rata-rata jumlah erosi dalam waktu yang panjang. Akan tetapi kelemahan model ini adalah tidak dipertimbangkannya keragaman spasial dalam suatu DAS dimana nilai input parameter yang diperlukan merupakan nilai rata-rata yang dianggap homogen dalam suatu unit lahan (Hidayat, 2003), khususnya untuk faktor erosivitas (R) dan kelerengan (LS).
Sistem Informasi Geografi (SIG) merupakan teknologi berbasis spasial yang sangat populer saat ini. Prediksi erosi dengan metode USLE juga bisa menggunakan SIG dalam perhitungannya. Pemanfaatan SIG berbasis pixel sebagai alat pemodelan spasial dalam memprediksi erosi bisa membantu keakuratan data yang dihasilkan khususnya pada lahan-lahan yang mempunyai keadaan topografi yang kompleks (Larito et al., 2004). Selain itu SIG dapat memanejemen data yang bereferensi geografi dengan cepat sehingga membuat studi tentang erosi bisa lebih mudah, khususnya bila harus mengulang menganalisis data-data pada daerah yang sama (Amorea et al., 2004).
Menghitung faktor panjang lereng (L) menjadi masalah yang sangat rumit saat pengaplikasian SIG berbasis pixel dalam perhitungan erosi dengan metode USLE (Kinnell, 2008). Perhitungan erosi dengan metode USLE menggunakan data panjang lereng hasil observasi lapangan dan sangat tidak mungkin menghitung seluruh panjang lereng pada setiap bentuk lereng di daerah tangkapan air. Berbeda dengan faktor kemiringan lereng (S) yang bisa diperoleh dengan mudah dari data SIG.
Aplikasi SIG memerlukan data Digital Elevation Model (DEM) untuk menghasilkan gambaran faktor LS yang lebih spesifik dalam setiap pixelnya. Dalam perkembangannya, ada beberapa formula untuk menentukan nilai faktor LS berbasis DEM dalam SIG yang mempertimbangkan heterogenitas lereng serta mengutamakan arah dan akumulasi aliran dalam perhitungannya (Blanco and Nadaoka, 2006). Asumsi yang dipergunakan adalah nilai faktor LS akan berbeda antara lereng bagian atas dan bagian bawah. Nilai LS akan lebih besar ditempat terjadinya akumulasi aliran dari pada dilereng bagian atas walaupun mempunyai panjang lereng dan kemiringan lereng yang sama.
Penelitian ini bertujuan mengaplikasikan SIG untuk prediksi erosi dengan metode USLE yang dimodifikasi. Diharapkan dari hasil peneltian ini bisa memberikan gambaran spasial tingkat erosi tanah yang lebih spesifik dari nilai pixek-pixel yang ada yang berguna dalam penentun arahan penggunaan lahan yang lebih sesuai dengan peruntukannya. Penelitian sebelumnya yang dilakukan di daerah yang sama digunakan sebagai pembanding untuk melihat kesamaan hasil dari metode prediksi ini.
SIG DALAM BIDANG PERTANIAN
Dalam dunia yang serba digital sekarang ini, ditambah lagi teknologi yang terus berkembang, penerapan aplikasi teknologi dalam berbagai bidang pun terus dilakukan, tidak terkecuali dalam sektor pertanian, sektor perekonomian utama di Indonesia mengingat sebagian besar penduduknya menggantungkan hidup dalam dunia pertanian.
Salah satu contohnya adalah aplikasi GIS atau Geographical Information System, dan jika diterjemahkan secara bebas ke bahasa Indonesia, kita bisa menyebutnya SIG atau Sistem Informasi Geografi. SIG adalah suatu sistem informasi yang dirancang untuk bekerja dengan data yang bereferensi spasial atau berkoordinat geografi atau dengan kata lain suatu SIG adalah suatu sistem basis data dengan kemampuan khusus untuk menangani data yang bereferensi keruangan (spasial) bersamaan dengan seperangkat operasi kerja (Barus dan Wiradisastra, 2000).
GIS ini sudah banyak membantu para ahli dalam mengumpulkan data secara cepat. Misalnya dalam mengetahui seberapa besar kerusakan yang diakibatkan tsunami di Aceh beberapa tahun yang lalu. Pencitraan jarak jauh lewat satelit dapat memberitakan secara cepat perbedaan ujung utara pulau Sumatera itu sebelum dan sesudah terjadinya tsunami.
Sebelum dan sesudah tsunami di Aceh
Kali ini yang akan saya bahas disini adalah kemampuan GIS untuk bisa membantu dalam bidang pertanian. Secara garis besar, yang dapat dilakukan GIS dalam bidang pertanian adalah mencakup inventarisasi, manajemen, dan kesesuaian lahan untuk pertanian, perkebunan, perikanan, kehutanan, perencanaan tata guna lahan, dan sebagainya.
Singkatnya, yang dapat dibantu GIS untuk dunia pertanian adalah:
Mengelola Produksi Tanaman
GIS dapat digunakan untuk membantu mengelola sumberdaya pertanian dan perkebunan seperti luas kawasan untuk tanaman, pepohonan, atau saluran air. Anda dapat menggunakan GIS untuk menetapkan masa panen, mengembangkan sistem rotasi tanam, dan melakukan perhitungan secara tahunan terhadap kerusakan tanah yang terjadi karena perbedaan pembibitan, penanaman, atau teknik yang digunakan dalam masa panen.Misalny GIS membantu menginventarisasi data-data lahan perkebunan tebu menjadi lebih cepat dianalisis. Proses pengolahan tanah, proses pembibitan, proses penanaman, proses perlindungan dari hama dan penyakit tananan dapat dikelola oleh manager kebun, bahkan dapat dipantau dari direksi.
Mengelola Sistem Irigasi
Anda dapat menggunakan GIS untuk membantu memantau dan mengendalikan irigasi dari tanah-tanah pertanian. GIS dapat membantu memantau kapasitas sistem, katup-katup, efisiensi, serta distribusi menyeluruh dari air di dalam sistem.
Perencanaan dan riwayat sumberdaya kehutanan
Perencanaan dan riwayat manajemen pertanahan serta integrasinya dengan sistem hukum dan integrasinya dengan manajemen basis data relasional sistem-sistem.
ArcView, aplikasi untuk GIS
Penggunaan GIS ini biasanya dengan aplikasi tertentu. Yang paling umum dipakai adalah ArcView.
Walaupun saat ini penggunaan GIS dalam bidang pertanian belum umum dipakai, karena seringnya GIS diapakai untuk melihat kerusakan lahan akibat bencana alam, tapi bukanya tidak mungkin penerapan GIS dalam dunia pertanian akan makin sering dipakai. Sistem GIS ini bukan semata-mata software atau aplikasi komputer, namun merupakan keseluruhan dari pekerjaan managemen pengelolaan lahan pertanian, pemetaan lahan, pencatatan kegiatan harian di kebun menjadi database, perencanaan system dan lain-lain. Sehingga bisa dikatakan merupakan perencanaan ulang pengelolaan pertanian menjadi sistem yang terintegrasi.
Dalam jangka panjang, bisa direduksi kemungkinan permasalahan lahan baik fisik maupun sosial. Bahkan dapat menjamin keberlangsungan perkebunan sebagai contohnya, dengan syarat pihak managemen senantiasa mempelajari berjalannya sistem ini dan mengambil keputusan managerial yang tepat.
• Konsep SIG
Sumber data untuk keperluan SIG dapat berasal dari data citra, data lapangan, survey kelautan, peta, sosial ekonomi, dan GPS. Selanjutnya diolah di laboratorium atau studio SIG dengan software tertentu sesuai dengan kebutuhannya untuk menghasilkan produk berupa informasi yang berguna, bisa berupa peta konvensional, maupun peta digital sesuai keperluan user, maka harus ada input kebutuhan yang diinginkan user
• Komponen SIG
Komponen utama Sistem Informasi Geografis dapat dibagi ke dalam lima komponen utama, yaitu:
1. Perangkat keras (Hardware)
2. Perangkat lunak (Software)
3. Pemakai (User)
4. Data
5. Metode
Untuk mendukung suatu Sistem Informasi Geografis, pada prinsipnya terdapat dua jenis data, yaitu:
 Data spasial
Data yang berkaitan dengan aspek keruangan dan merupakan data yang menyajikan lokasi geografis atau gambaran nyata suatu wilayah di permukaan bumi. Umumnya direpresentasikan berupa grafik, peta, atau pun gambar dengan format digital dan disimpan dalam bentuk koordinat x,y (vektor) atau dalam bentuk image (raster) yang memiliki nilai tertentu.
Data non-spasial
Disebut juga data atribut, yaitu data yang menerangkan keadaan atau informasi-informasi dari suatu objek (lokasi dan posisi) yang ditunjukkan oleh data spasial. Salah satu komponen utama dari Sistem Informasi Geografis adalah perangkat lunak (software). Dalam pendesainan peta digunakan salah satu software SIG yaitu MapInfo Profesional 8.0. MapInfo merupakan sebuah perengkat lunak Sistem Informasi Geografis dan pemetaan yang dikembangkan oleh MapInfo Co. Perangkat lunak ini berfungsi sebagai alat yang dapat membantu dalam memvisualisasikan, mengeksplorasi, menjawab query, dan menganalisis data secara geografis.
2.3 Aplikasi SIG di bidang Pertanian
penyusunan Sistem Informasi Manajemen (SIM) dan Sistem Informasi Geografis (SIG) Pertanian di setiap Kabupaten dilakukan untuk memberikan gambaran seputar data-data pertanian di setiap Kabupaten, hal ini dilakukan dengan perangkat komputer secara online dan update (terkini), sehingga memudahkan user dalam memonitor perkembangan informasi pertanian di setiap Kabupaten.
Manajemen pengelolaan sistem perlu dilakukan secara sistematis, cepat, dan akurat untuk mengimbangi pertumbuhan dan perkembangan data pertanian di Kabupaten tersebut, Melalui pengaturan data yang baik, dengan melibatkan parameter-parameter perencanaan, dapat dilakukan pengelolaan dan pemeliharaan data pertanian daerah secara efektif dan efisien. Guna mendukung sistem pengelolaan tersebut, perlu adanya sistem informasi data pertanian yang berbasis spasial dan tabular.
pada awalnya area pemanfaatan SIG hanyalah dalam bidang teknika dan militer, namun kini sistem informasi ini juga dikembangkan untuk mendukung analisis sosial-budaya dan ekonomi. Saat ini SIG telah lazim dipergunakan dalam bidang transportasi dan navigasi, telekomunikasi, kesehatan, pendidikan, pariwisata, perbankan dan pemasaran. Tidak mengherankan apabila sekarang ini sejumlah perusahaan rokok dan kosmetik pun tak ketinggalan mengembangkan SIG sebagai media analisis pemasaran produk mereka. Meskipun multi-manfaat, secara sepintas lalu wujud SIG tidak jauh berbeda dengan peta digital biasa (jenis peta yang ditampilkan lewat layar komputer). Bedanya, setiap bagian dari peta SIG mengandung data-data informatif yang dimungkinkan untuk diolah, disunting, disimpan dan dipanggil kembali serta dianalisa secara terpadu sehingga pembaruan data bisa dilakukan dengan mudah. Istilahnya, tinggal klik, klik dan semua beres. Dengan sistem ini pula proses penjelasan suatu peristiwa, peramalan kejadian dan perencanaan akan semakin ringkas, sederhana dan menyeluruh sehingga tindakan pengambilan keputusan yang mendasarkan diri pada aspek-aspek informasi seperti ini akan sangat terbantu.
Salah satu komponen utama SIG adalah peta, akan tetapi untuk menjadi bagian dari sebuah sistem infomasi maka peta tersebut harus “dikawinkan” terlebih dahulu dengan suatu sumber data atau database dengan bantuan program komputer tertentu. Aplikasi komputer untuk SIG yang cukup populer contohnya Map Info, Arc View atau Grass. Data yang bisa dipergunakan pun bersyarat khusus, yakni data-data yang memiliki dimensi keruangan atau memiliki kaitan dengan lokasi dan bagian tertentu pada peta. Karena alasan tertentu, misalnya harga peta dasar yang mahal, biasanya cakupan ruangnya berkisar dari luasan administrasi skala kecamatan, propinsi hingga negara atau kawasan.
Wujud utama dari perkawinan antara peta dan data tersebut masih berupa peta. Hanya saja, berkat proses penggabungan data dan grafis peta SIG menjelma menjadi sebuah “peta pintar”. Kenapa disebut pintar? Karena peta ini dapat disajikan dalam bentuk lapisan-lapisan (layer) gambar yang masing-masing mewakili informasi yang berasal dari database. Data-data tersebut dipilah sesuai dengan kebutuhan atau tujuan yang hendak dicukupi melalui sistem informasi ini, misalnya saja untuk memenuhi kebutuhan inventarisasi, dokumentasi atau navigasi. Layanan lain yang jauh lebih pintar adalah kemampuan aplikasi-aplikasi SIG untuk melakukan analisa. Dengan penggabungan beberapa jenis data yang relevan, dapat diperoleh analisa mengenai suatu permasalahan atau potensi. Hasil analisa tersebut bisa dimanfaatkan sebagai rekomendasi atau dasar pengambilan keputusan yang mencakup perencanaan, pengelolaan atau penentuan kebijakan, baik oleh instansi pemerintah, swasta maupun masyarakat umum.
2.4 SIG untuk petani
Dari paparan di atas, rasanya sub-judul ini tidak mengada-ada bahwa sistem informasi geografis pun bisa dimanfaatkan oleh dan untuk petani. Untuk membangun SIG pertanian sangat dimungkinkan karena syarat-syarat geografis jelas bisa terpenuhi. Lokasi lahan pertanian bisa diubah menjadi data alamat atau data koordinat yang berguna dalam penentuan titik lokasi pada peta. Tentu dibutuhkan pula data-data lainnya seperti misalnya jenis komoditas pertanian, luas lahan, kuantitas dan kualitas hasil panen, pasar terdekat atau pasar yang paling potensial dan tingkat harga pada waktu tertentu.

Selasa, 10 Mei 2011

pemanfaatan media pembelajaran geografi di sekolah

<

PENTINGNYA PEMANFAATAN MEDIA PEMBELAJARAN IPS GEOGRAFI DI SEKOLAH

Diajukan untuk memenuhi
Mata Kuliah Media Pemeblajaran Geografi





DISUSUN OLEH :
1. Siti Husnah (A1A510602)
2. Nurul Hasanah (A1A510602)
3. Rusmiati (A1A510603)
4. Emli Mukhlasi (A1A506264)
5. M. Rezy Achda (A1A506230)


PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN GEOGRAFI
JURUSAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
2011





A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi pembangunan bangsa suatu negara. Pendidikan dinyatakan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Undang Undang No. 20 Tahun 2003). Penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang melibatkan guru sebagai pendidik dan siswa sebagai peserta didik, diwujudkan dengan adanya interaksi proses pembelajaran. Guru merencanakan kegiatan pengajarannya secara sistematis dan berpedoman pada aturan pendidikan yang ditetapkan dalam bentuk kurikulum.
Kurikulum yang digunakan adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), disempurnakan untuk meningkatkan mutu pendidikan dan berorientasi pada kemajuan sistem pendidikan nasional. Pengembangan kurikulum disusun untuk memberikan kesempatan kepada peserta didik belajar membangun dan menentukan jati diri melalui proses belajar aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan (Rusman, 2009: 472).
Pendidikan mempunyai tugas menyiapkan sumber daya manusia dalam pembangunan. Pembangunan selalu diupayakan sesuai dengan tuntutan zaman. Sistem pendidikan menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan sosial budaya dan masyarakat. Pembangunan sistem pendidikan tidak mempunyai arti jika tidak sesuai dengan pembangunan nasional (Umar Tirtarahardja & S.L.La Sulo, 2005: 225).
Pemerintah terus mengadakan pembaharuan dan penyesuaian dalam bidang pendidikan, baik dalam sistem, metode maupun peningkatan mutu pendidikan, sehingga manusia Indonesia diharapkan mempunyai kualitas sumber daya yang meningkat. Pelaksanaan pendidikan nasional sering mengalami kendala–kendala terutama dalam meningkatkan mutu pendidikan sehingga pemerintah melakukan upaya–upaya meliputi pembaharuan dan penyempurnaan kurikulum, meningkatkan kualitas guru, pengadaan buku dan fasilitas belajar lainnya yang berhubungan dengan kualitas pendidikan (Sudjana, 1989 dalam Mira Yunita, 2009: 1).
Upaya dalam meningkatkan mutu pendidikan, tidak terlepas dari peran guru sebagai mediator dan fasilitator. guru sebagai mediator hendaknya memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media pendidikan karena media pendidikan merupakan alat komunikasi untuk lebih mengefektifkan proses belajar-mengajar. Media pendidikan merupakan dasar yang sangat diperlukan yang bersifat melengkapi dan merupakan bagian integral demi keberhasilannya proses pendidikan dan pengajaran di sekolah (Uzer Usman, 2000: 11).
Peran guru sebagai fasilitator dalam pembelajaran yaitu guru harus terampil mempergunakan pengetahuan tentang bagaimana orang berinteraksi dan berkomunikasi. Peran guru sebagai fasilitator supaya guru dapat menciptakan secara maksimal kualitas lingkungan yang interaktif, merencanakan dan menciptakan sumber-sumber belajar lainnya sehingga tercipta lingkungan belajar yang kondusif. Sumber-sumber belajar selain guru disebut sebagai penyalur atau penghubung pesan ajar yang diadakan atau diciptakan secara terencana oleh para guru atau pendidik, biasanya dikenal sebagai ”Media Pembelajaran” (Uzer Usman, 2000: 11).
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dalam hal sarana dan prasarana pendidikan pada Bab XII Pasal 45 dengan tegas dinyatakan bahwa: (1) Setiap satuan pendidikan formal dan nonformal menyediakan sarana dan prasarana yang memenuhi keperluan pendidikan sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan potensi fisik, kecerdasan intelektual, sosial, emosional, dan kejiwaan peserta didik; (2) Ketentuan mengenai penyediaan sarana dan prasarana pendidikan pada semua satuan pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.
Media adalah sarana pendidikan dan merupakan alat bantu mengajar guru (teaching aids), alat bantu yang dipakai adalah alat bantu visual, yaitu gambar, model, objek dan alat-alat lain yang dapat memberikan pengalaman nyata, motivasi belajar serta mempertinggi daya serap belajar siswa. Media adalah “manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap (Arsyad, 1995: 3). Media pembelajaran adalah bahan, alat, dan manusia yang merupakan bagian dari sistem instruksional dan berfungsi sebagai penyalur informasi kepada siswa agar siswa terbuka pikiran, perasaan dan perhatiannya dalam memperoleh pengetahuan, keterampilan atau sikap selama pembelajaran berlangsung. agar interaksi belajar-mengajar tidak terjadi kesesatan, guru dianjurkan menggunakan media pembelajaran (Abdul Malik, 2006: 120).
Fungsi media dalam interaksi belajar-mengajar adalah untuk mengatasi perbedaan pengalaman pribadi anak didik, mengatasi kesulitan apabila suatu benda secara langsung tidak dapat diamati karena terlalu kecil, menjelaskan peristiwa-peristiwa alam, memungkinkan terjadinya kontak langsung dengan masyarakat dan dapat membangkitkan minat belajar baru dan membangkitkan motivasi kegiatan belajar anak didik (Abdul Malik, 2006: 121).
Jenis media yang sering dipakai dalam belajar mengajar yaitu media Audio meliputi radio, piringan hitam, pita Audo, tape recorder; media visual melilputi media visual diam, media visual gerak; media Audio Visual meliputi media Audio visual diam dan medi audio visual gerak; media serbaneka meliputi display, media tiga dimensi, karyawisata, belajar perprogram, komputer (Depdiknas, 2002: 15). Kriteria yang perlu diperhatikan dalam memilih media pembelajaran yaitu: sesuai dengan tujuan yang dicapai, tepat untuk mendukung isi pelajaran yang sifatnya fakta, konsep, prinsip, atau generalisasi, Praktis mudah dan bertahan, guru terampil menggunakannya, pengelompokkan sasaran, mutu teknis (Azhar Arsyad, 2005: 75).
Geografi yang obyek studinya permukaan bumi dengan relasi keruangannya, memiliki kedudukan yang kuat dalam memberikan dasar pengetahuan kepada setiap orang dalam mempelajari dan melakukan studi berbagai aspek kehidupan di permukaan bumi. Pelajaran Geografi yang diajarkan di sekolah merupakan mata pelajaran yang sangat penting yaitu membahas tentang geosfer beserta fenomena yang terjadi, untuk memberikan citra tentang geosfer beserta fenomena yang terjadi, tidak dapat hanya diceramahkan, ditanyakan, dan didiskusikan, melainkan juga harus ditunjukkan dan diperagakan. Oleh karena itu, diperlukan media pembelajaran yang khusus di pergunakan dalam pembelajaran geografi (Nursid Sumaatmadja, 2001: 15).
B. Isi
1. Media Pembelajaran
a. Pengertian Media
Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan kata jamak yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Media menurut termilogi adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan (Azhar Arsyad, 2005 : 3). Gerlach dan Ely ( 1971 : 3 ) menjelaskan bahwa media di pahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap.Lebih khusus, pengertian media dalam proses belajar mengajar cenderung di artikan sebagai alat-alat grafis, photografis, atau elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal.
Batasan yang di uraikan oleh Asosiasi Pendidikan Nasional (NEA) tentang media adalah bentuk-bentuk komunikasi baik cetak maupun audio visual serta peralatannya, media hendaknya dapat di manipulasi, dilihat, di dengar, serta dapat di baca. Batasan-batasan diatas ada persamaan tentang pengertian media, yaitu segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan pengirim ke penerima sehingga merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat sehingga siswa dalam belajar termotivasi dengan baik ( Sadiman : 1970 : 7 ).
b. Media Pembelajaran
Media pembelajaran menurut Oemar Hamalik (1994: 81-82) adalah bentuk gambar ilustrasi fotografi yang tidak diproyeksikan, terdapat dimana-mana baik di lingkungan siswa maupun lingkungan orang dewasa.
Media pembelajaran menurut Harjanto (1997: 247) memiliki dua arti:
1) Arti sempit, media pembelajaran diartikan hanya meliputi media yang dapat digunakan secara efektif dalam pembelajaran yang terencana;
2) Arti luas, media pembelajaran tidak hanya meliputi media komunikasi elektronik yang kompleks akan tetapi juga mencakup alat-alat sederhana seperti slide, fotografi, diagram dan bagan buatan guru, objek-objek nyata bahkan guru pun dianggap sebagai media.
Berdasarkan beberapa pengertian, dapat kita pahami bahwa media pembelajaran merupakan perantara atau penghubung antara siswa dengan materi pembelajaran. Segala sesuatu yang dapat membuat siswa mengetahui atau memahami suatu konsep dalam mata pelajaran juga dapat disebut media pembelajaran.
Pendapat terdahulu membuktikan bahwa media pembelajaran tidak terbatas pada hal-hal yang dianggap kompleks, namun jika sesuatu itu dapat menghubungkan siswa dengan materi atau dapat mencapai tujuan maka sangat pantas untuk disebut media pembelajaran.
c. Jenis-jenis Media Pembelajaran
Gagne (Sadiman Arif, 1990: 23 ) menegaskan bahwa media pembelajaran dikelompokkan dalam 7 kelompok, yaitu:
1) Benda untuk didemontrasikan
2) Komunikasi lisan;
3) Media cetak;
4) Gambar diam;
5) Gambar gerak;
6) Film bersuara;
7) Mesin belajar.
Soels dan Glasgow (Azhar Arsyad, 1997: 33-36) mengemukakan bahwa media dibagi dalam dua kategori luas, yaitu:
1) Pilihan media tradisional yang terdiri dari:
a) Visual diam yang diproyeksikan diantaranya: proyeksi tidak tembus pandang, proyeksi overhead, slides, dan filmstrip;
b) Visual yang tidak diproyeksikan, diantaranya: gambar poster, foto, charts, dan papan info;
c) Audio, diantaranya: rekaman piringan dan pita chalet;
d) Penyajian multimedia, diantaranya slide plus suara dan multi-image;
e) Visual dinamis yang diproyeksikan, diantaranya: film. Televisi, dan video;
f) Media cetak, diantaranya: buku teks, modul, work book, majalah ilmiah, dan lembaran lepas;
g) Permainan, diantaranya: teka teki, simulasi dan permainan papan;
h) Realita, diantaranya: model, specimen, dan manipulatif.
2) Pilihan Media teknologi mutakhir, yang terdiri dari:
a) Media berbasis komunikasi, diantaranya teleconference dan kuliah jarak jauh;
b) Media berbasis microprocessor, diantaranya: computer assisted, tutor intelijen, interaktif, hypermedia, dan compact.
Nursid Sumaatmadja (1997:79-82) mengemukakan bahwa jenis media pembelajaran geografi yang umumnya digunakan adalah
1) Peta, merupakan konsep dan hakikat dasar pada geografi;
2) Atlas, adalah kumpulan peta dalam bentuk buku;
3) Globe merupakan model dan bentuk yang sangat mini dari bola bumi;
4) Gambar dan potret yang berkenaan dengan gejala geografi;
5) Diagram dan grafik yang mendeskripsikan kuantitaif gejala geografi;
6) Media cetak lainnya seperti surat kabar, majalah terutama buku.
Beberapa jenis media yang lazim dipakai dalam kegiatan belajar mengajar khususnya di Indonesia.
1) Media Audio
Media audio berkaitan dengan indera pendengaran. Pesan yang akan disampaikan dituangkan ke dalam lambang-lambang auditif, baik verbal (ke dalam kata-kata / bahasa lisan) maupun non verbal. Ada beberapa jenis media yang dapat dikelompokkan dalam media audio antara lain radio, alat perekam pita magnetik, piringan hitam dan laboratorium bahasa.
2) Media Visual
Media grafis termasuk media visual. Sebagaimana halnya media yang lain, media grafis berfungsi untuk menyalurkan pesan. Saluran yang dipakai menyangkut indera penglihatan. Pesan yang akan disampaikan dituangkan dalam simbol-simbol komunikasi (Sadiman, dkk, 1990).
Simbol-simbol tersebut perlu dipahami benar, artinya agar proses penyampaian pesan dapat berhasil dan efisien. Grafis berfungsi pula untuk menarik, memperjelas sajian ide, mengilustrasikan atau menghiasi fakta yang mungkin akan cepat dilupakan atau diabaikan bila tidak digrafiskan, selain sederhana dan mudah pembuatannya media grafis termasuk media yang relatif mudah ditinjau dari segi biayanya.
Jenis media grafis (Sadiman, dkk, 1990) beberapa diantaranya:
a) Gambar / foto
Diantara media pendidikan, gambar/foto adalah media yang paling umum dipakai dan merupakan bahasa yang umum yang dapat dimengerti dan dinikmati dimana-mana. Sebuah pepatah cina yanta mengatakan bahwa sebuah gambar berbicara lebih banyak dari seribu kata.
b) Sketsa
Sketsa adalah gambar yang sederhana atau draft kasar yang melukiskan bagian-bagian pokoknya tanpa detail. Setiap orang yang normal dapat diajar menggambar, maka setiap guru yang baik haruslah dapat menuangkan ide-idenya ke dalam bentuk sketsa. Sketsa selain dapat menarik perhatian murid, menghindari verbalisme dan dapat memperjelas penyampaian pesan, harganya tidak perlu dipersoalkan sebab media ini dibuat langsung oleh guru.
c) Diagram
Diagram adalah suatu gambar sederhana yang menggunakan garis-garis atau simbol-simbol, diagram atau skema menggambarkan struktur dari objeknya secara garis besar, menunjukkan hubungan yang ada antar komponennya atau sifat-sifat proses yang ada disitu.
d) Bagan/chart
Bagan atau chart termasuk media visual. Fungsinya yang pokok adalah menyajikan ide-ide atau konsep-konsep yang sulit bila hanya dapat disampaikan secara tertulis atau lisan secara visual. Bagan juga mampu memberikan ringkasan batir-butir penting dari presentasi.
e) Grafik / graphs
Grafik merupakan suatu media visual, grafik adalah gambar sederhana yang menggunakan titik-titik, garis atau gambar.Untuk melengkapinya seringkali simbol-simbol verbal digunakan pula disitu.
Fungsinya adalah untuk menggambarkan data kuantitatif secara teliti, menerangkan perkembangan atau perbandingan suatu objek atau peristiwa yang saling berhubungan secara singkat dan jelas. berbeda dengan bagan, grafik disusun berdasarkan prinsip-prinsip matematik dan menggunakan data-data komparatif.
f) Kartun
Kartun sebagai salah satu bentuk komunikasi grafis dalam suatu gambar interpretative yang menggunakan simbol-simbol untuk menyampaikan suatu pesan secara cepat dan ringkas atau suatu sikap terhadap orang, situasi, atau kejadian-kejadian tertentu. Kemampuannya besar sekali untuk menarik perhatian, mempengaruhi sikap maupun tingkah laku.
g) Poster
Poster tidak saja penting untuk menyampaikan kesan-kesan tertentu tapi mampu pula untuk mempengaruhi dan memotivasi tingkah laku orang yang melihatnya. Usaha untuk mempengaruhi orang-orang membeli produk baru dari suatu perusahaan, untuk mengikuti program keluarga berencana atau untuk menyayangi binatang dapat dituangkan dalam poster.
h) Peta dan globe
Peta dan globe berfungsi untuk menyajikan data-data lokasi. Tetapi secara khusus peta dan globe tersebut memberikan informasi tentang (Sadiman, dkk, 1990)
(1) Keadaan permukaan bumi, daratan, sungai-sungai, gunung-gunung dan bentuk-bentuk daratan serta perairan lainnya;
(2) Tempat-tempat serta arah dan jarak tempat tinggal yang lain;
(3) Data-data budaya dan kemasyarakatan seperti misalnya populasi ataunpola bahasa / adat istiadat;
(4) Data-data ekonomi sperti misalnya hasil pertanian, industri atau perdagangan internasional.
Media lain dari peta dan globe, yang dipakai sebagai media dalam kegiatan belajar mengajar adalah:
(1) Memungkinkan siswa mengerti posisi dari kesatuan politik ,daerah kepulauan dan lain-lain.
(2) Merangsang minat siswa terhadap penduduk dan pengaruh-pengaruh geografis.
(3) Memungkinkan siswa memperoleh gambaran tentang imigrasi dan distribusi penduduk, tumbuh-tumbuhan dan kehidupan hewan, serta bumi yang sebenarnya.
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, peta dan globe sangat penting untuk mengkonkretkan pesan-pesan yang abstrak.
i) Papan planel
Papan planel adalah media grafis yang efektif sekali untuk menyajikan pesan-pesan tertentu kepada sasaran tertentu pula. Papan berlapis kain planel ini dapat dilipat sehinnga praktis. Gambar-gambar yang di sajikan dapat dipasang dan dicopot dengan mudah sehingga dapat di pakai berkali-kali. Selain gambar di kelas-kelas rendah Sekolah dasar atau Taman Kanak-Kanak,papan planel ini dipakai pula untuk menempelkan huruf dan angka-angka.
j) Papan buletin
Berbeda dengan papan planel, papan buletin ini tidak di lapisi kain planel tetapi langsung di tempel gambar-gambar atau tulisan. Fungsinya selain menerangkan sesuatu papan buletin dimaksudkan untuk memberitahukan kejadian dalam waktu tertentu.
k) Papan tulis (hitam, abu-abu, hijau)
Adalah papan dari kayu dengan permukaan yang bisa ditulis ulang dengan menggunakan kapur tulis. Papan tulis zaman dulu dibuat dari lembaran tipis batu tulis berwarna hitam atau abu-abu. Papan tulis sekarang dibuat dari lembaran papan yang dicat dengan cat yang tidak mengkilat, biasanya berwarna hitam atau hijau. Papan tulis biasanya digunakan di sekolah-sekolah dan institusi pendidikan atau pelatihan. Tulisan atau gambar yang dibuat dengan kapur tulis mudah dihapus dengan lap basah atau penghapus papan tulis yang dibuat dari secarik karpet yang ditempelkan di sepotong kayu. Sedangkan tulisan yang dibuat dari kapur tulis yang dibasahkan biasanya lebih sulit dihapus.
3) Media Audio - visual
Media Audio visual mempunyai persamaan dengan media grafis dalam arti menyajikan rangsangan-rangsangan visual. Bahan-bahan grafis banyak sekali di pakai dalam media Audio visual (Sadiman,dkk,2007).
Beberapa jenis Media Audio Visual antara lain:
a) Film bingkai
b) Film rangkai;
c) Media transparasi;
d) Proyector tak tembus pandang;
e) Mikrofis;
f) Film gelang;
g) Televisi (tv);
h) Video;
i) Permainan dan simulasi.




d. Manfaat dan Kegunaan Media Pembelajaran
Sudjana dan Rivai (1992: 2) yang di kutip Azhar Arsyad (2005: 24) mengemukakan manfaat media pembelajaran dalam proses belajar siswa yaitu:
1). Pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga menumbuhkan motivasi belajar
2). Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat di pahami oleh siswa dan memungkinkannya menguasai dan mencapai tujuan pembelajaran,
3). Metode mengajar melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya mendengarkan uraian akan lebih bervariasi sehinnga akan lebih menarik,
4). Siswa dapat lebih banyak guru tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati dan lain-lain.
Menurut Harjanto (1997: 245-246), secara umum media pembelajaran atau media pendidikan mempunyai kegunaan sebagai berikut:
1). Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu verbalistis.
2). Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indra.
3). Menimbulkan gairah belajar, interaksi siswa dengan lingkungan secara langsung, dan memungkinkan siswa belajar sendiri-sendiri sesuai dengan kemampuannya.
Dengan beberapa pendapat diatas dapat dikemukakan bahwa media pembelajaran memiliki manfaat yang besar baik bagi siswa maupun bagi guru. Bagi seorang guru, penggunaan media tentu sangat membantuk memperlancar pelaksanaan proses pembelajaran sebab siswa dapat dengan mudah memahami materi yang disampaikan. Bagi siswa, media dapat membuatnya tertarik dengan materi yang disampaikan sehingga lebih serius dan konsentrasi dalam mengikuti pembelajaran.
e. Cara Pemilihan Media Pembelajaran
Pemilihan media pembelajaran menurut Harjanto (1997: 250-252) harus memperhatikan beberapa faktor yaitu:
1). Faktor siswa;
2). Faktor isi pelajaran;
3). Faktor tujuan yang hendak dicapai.
Azhar Arsyad (2005: 67-69) mengemukakan ada 6 langkah yang harus dilakukan dalam memilih media, yaitu:
1). Menganalisis karakteristik umum kelompok sasaran. Menganalisis secara umum dan khusus yang meliputi pengetahuan keterampilan dan sikap awal mereka;
2). Merumuskan tujuan pembelajaran. Perilaku kemampuan baru apa yang diharapkan siswa miliki dan dikuasai setelah proses belajar mengajar selesai;
3). Memilih/memodifikasi, merancang dan mengembangkan materi yang tepat. Apabila materi dan media pembelajaran yang telah tersedia akan mencapai tujuan yang tentunya akan menghemat waktu dan biaya;
4). Menggunakan materi dan media. Diperlukan persiapan bagaimana dan berapa banyak waktu di perlukan untuk menggunakannya;
5). Meminta tanggapan dari siswa. Guru sebaiknya mendorong siswa untuk memberikan respon dan umpan balik mengenai keefektifan proses belajar mengajar;
6). Mengevaluasi proses belajar. Tujuan utama evaluasi untuk mengetahui tingkat pencapaian siswa mengenai tujuan pembelajaran.
Ada beberapa hal yang perlu di perhatikan dalam memilih media pembelajaran menurut Wilkinson, yaitu:
1). Tujuan
Media yang dipilih hendaknya menunjang tujuan pembelajaran yang dirumuskan. Tujuan yang dirumuskan ini adalah kriteria yang paling cocok, sedangkan tujuan pembelajaran yang lain merupakan kelengkapan dari kriteria utama.
2). Ketepatgunaan
Materi yang akan dipelajari adalah bagian-bagian yang penting dari benda, maka gambar seperti bagan dan slide dapat digunakan. Apabila yang dipelajarai adalah aspek-aspek yang menyakut gerak, maka media film atau video akan lebih tepat. Wilkinson menyatakan bahwa penggunaan bahan-bahan yang bervariasi menghasilkan dan meningkatkan pencapain akademik.
3). Keadaan siswa
Media akan efektif digunakan apabila tidak tergantung dari beda interindividual antara siswa. Misalnya siswa tergolong tipe auditif/visual maka siswa yang tergolong auditif dapat belajar dengan media visual dari siswa yang tergolong visual dapat juga belajar dengan menggunakan media auditif.
4). Ketersediaan
Suatu media dinilai sangat tepat untuk mencapai tujuan pembelajaran, media tersebut tidak dapat digunakan jika tidak tersedia. Media menurut Wilkinson merupakan alat mengajar dan belajar, peralatan tersebut harus tersedia ketika dibutuhkan untuk memenuhi keperluan siswa dan guru.
5) Biaya
Biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh dan menggunakan media, hendaknya benar-benar seimbang dengan hasil-hasil yang akan dicapai.

2. Guru
Pengertian guru menurut beberapa ahli dapat diuraikan sebagai berikut :
a. guru adalah seseorang yang pekerjaannya mengajar orang lain (McLeod,1989);
b. guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada jalur pendidikan formal, pada jenjang pendidikan dasar dan pendidikan menengah (UU RI No. 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen pasal 1).
c. guru adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang diberi tugas, wewenang dan tanngung jawab oleh pejabat yang berwenang untuk melaksanakan pendidikan disekolah (Surat edaran mendikbud dan kepala BKN No 57686/MPK/1989).

3. Peranan guru dalam proses pembelajaran
Beberapa peranan guru dalam proses pembelajaran yaitu sebagai berikut :
a. Guru sebagai demonstrator, perannya sebagai demonstrator atau pengajar, guru hendaknya senantiasa menguasai bahan atau materi pelajaran yang akan diajarkannya serta senantiasa mengembangkan dan meningkatkan kemampuannya dalam hal ilmu yang dimilikinya karena hal ini sangat menentukan hasil belajar yang dicapai oleh siswa;
b. Guru sebagai pengelola kelas, peranannya sebagai pengelola kelas, guru hendaknya mampu mengelola kelas sebagai lingkungan belajar serta merupakan aspek dari lingkungan sekolah yang perlu di organisasi.Lingkungan ini diatur dan diawasi agar kegiatan-kegiatan belajar terarah kepada tujuan-tujuan pendidikan.
c. Guru sebagai mediator dan fasilitator, guru hendaknya memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media pendidikan, karena media pendidikan merupakan alat komunikasi untuk lebih mengefektifkan proses belajar mengajar.
d. Guru sebagai evaluator.Fungsi ini di maksudkan agar guru mengetahui apakah tujuan yang telah dirumuskan telah tercapai atau belum,dan apakah materi yang diajarkan sudah cukup tepat. Guru dengan melakukan penilaian akan dapat mengetahui keberhasilan pencapaian tujuan, penguasaan siswa terhadap pelajaran, serta ketepatan atau keefektifan metode mengajar.Guru dalam fungsinya sebagai penilai hasil belajar, hendaknya secara terus menerus memantau hasil belajar yang telah di capai oleh siswa-siswanya dari waktu ke waktu (Uzer Usman, 2009: 9-11).

4. Geografi
Geografi menurut R.bintarto (1997) adalah ilmu pengetahuan yang mencitrakan, menerangkan sifat –sifat bumi, menganalisis gejala-gejala alam dan penduduk, serta mempelajari corak yang khas tentang kehdupan dari unsur-unsur bumi dalam ruang dan waktu. Geografi menurut Sumaatmadja (1997) adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena geosfer dengan sudut pandang kelingkungan atau kewilayahan dalam konteks keruangan.
Pelajaran geografi adalah sub bidang studi ilmu sosial yang khusus mempelajari cara mengamati, menggolong – golongkan, menganalisa dan menghubung – hubungkan perbedaan daerah – daerah di permukaan bumi. Geografi memadukan dimensi - dimensi alam dan manusia di dunia dalam menelaah manusia dan lingkungannya. (Depdiknas 2001: 5).
Berdasarkan beberapa definisi geografi di atas, dapat disimpulkan bahwa mata pelajaran geografi yang di ajarkan di sekolah merupakan kumpulan bahan ajar yang mempelajari gejala-gejala alam dan kehidupan manusia dengan variasi wilayahnya.
Fungsi mata pelajaran geografi adalah sebagai berikut:
1. Mengembangkan pengetahuan tentang pola-pola keruangan dan proses yang berkaitan ;
2. Mengembangkan keterampilan dasar dalam memperoleh data dan informasi,mengkomunikasikan, dan menerapkan pengetahuan geografi;
3. Menumbuhkan sikap, kesadaran, dan kepedulian terhadap lingkungan hidup dan sumber daya toleransi terhadap keragaman sosial-budaya masyarakat (Sumaatmadja,1997).
5. Pentingnya Penggunaan Media Pembelajaran Di Sekolah
a. Penyampaian materi pelajaran dapat diseragamkan
Setiap guru mungkin mempunyai penafsiran yang berbeda-beda terhadap suatu konsep materi pelajaran tertentu. Dengan bantuan media, penafsiran yang beragam tersebut dapat dihindari sehingga dapat disampaikan kepada siswa secara seragam. Setiap siswa yang melihat atau mendengar uraian suatu materi pelajaran melalui media yang sama, akan menerima informasi yang persis sama seperti yang diterima siswa-siswa lain. Dengan demikian, media juga dapat mengurangi terjadi kesenjangan informasi diantara siswa di manapun berada.
b. Proses Pembelajaran Menjadi Lebih Jelas dan Menarik
Dengan berbagai potensi yang dimilikinya, media dapat menampilkan informasi melalui suara, gambar, gerakan dan warna, baik secara alami maupun manipulasi. Materi pelajaran yang dikemas melalui program media, akan lebih jelas, lengkap, menarik minat siswa. Dengan media, bahan materi sajian bisa membangkitkan rasa keingintahuan siswa, merangsang siswa bereaksi baik secara fisik maupun emosional. Pendeknya, media dapat membantu guru untuk menciptakan suasa belajar menjadi lebih hidup, tidak monoton dan tidak membosankan.
c. Proses Pembelajaran Menjadi Interaktif
Jika dipilih dan dirancang secara baik, media dapat membantu guru dan siswa melakukan komunikasi dua arah secara aktif selama proses pembelajaran. Tanpa media, seorang guru mungkin akan cenderung berbicara satu arah kepada siswa. Namun dengan media, guru dapat mengatur kelas sehingga bukan hanya guru sendiri yang aktif tetapi juga siswa.
d. Meningkatkan kualitas hasil belajar siswa
Penggunaan media bukan hanya membuat proses belajaran lebih efisien, tetapi juga membantu siswa menyerap materi belajar lebih mendalam dan utuh. Bila hanya dengan mendengarkan informasi verbal dari guru saja, mungkin siswa kurang memahami pelajaran secara baik. Tetapi jika hal itu diperkaya dengan kegiatan melihat, menyentuh, merasakan atau mengalami sendiri melalui media, maka pemahaman siswa pasti akan lebih baik.
e. Media memungkinkan proses belajar dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja
Media pembelajaran dapat dirancang sedemikian rupa sehingga siswa dapat melakukan kegiatan belajar secara lebih leluasa, kapanpun dan dimanapun, tanpa tergantung pada keberadaan seorang guru. Program-program pembelajaran audio visual, termasuk program pembelajaran menggunakan komputer, memungkin siswa dapat melakukan kegiatan belajar secara mandiri, tanpa terikat oleh waktu dan tempat. Penggunaan media akan menyadarkan siswa betapa banyak sumber-sumber belajar yang dapat mereka manfaatkan untuk belajar. Perlu kita sadari bahwa alokasi waktu belajar di sekolah sangat terbatas, waktu terbanyak justru dihabiskan siswa di luar lingkungan sekolah.
f. Media dapat menumbuhkan sikap positip siswa terhadap materi dan proses belajar
Dengan media, proses pembelajaran menjadi lebih menarik sehingga mendorong siswa untuk mencintai ilmu pengetahuan. Kebiasaan siswa untuk belajar dari berbagai sumber tersebut, akan bisa menanamkan sikap kepada siswa untuk senantiasa berinisiatif mencari berbagai sumber belajar yang diperlukan.
g. Proses Pembelajaran Menjadi Lebih Jelas dan Menarik
Dengan memanfaatkan media secara baik, seorang guru bukan lagi menjadi satu-satunya sumber belajar bagi siswa. Seorang guru tidak perlu menjelaskan seluruh materi pelajaran, karena bisa berbagi dengan media. Dengan demikian, guru akan lebih banyak memiliki waktu untuk memberi perhatian kepada aspek-aspek edukatif lainnya, seperti membantu kesulitan belajar siswa, pembentukan kepribadian, memotivasi belajar, dll. Demikianlah, jika media dimanfaatkan secara optimal kualitas belajar siswa akan meningkat sehingga akan menghasil output yang memuaskan. Selain prestasi akademik mereka akan mengalami peningkatan, diharapkan belajar yang berkualitas akan mengubah perilaku perserta didik.
PENTINGNYA PEMANFAATAN MEDIA PEMBELAJARAN IPS GEOGRAFI DI SEKOLAH

Diajukan untuk memenuhi
Mata Kuliah Media Pemeblajaran Geografi





DISUSUN OLEH :
1. Siti Husnah (A1A510602)
2. Nurul Hasanah (A1A510602)
3. Rusmiati (A1A510603)
4. Emli Mukhlasi (A1A506264)
5. M. Rezy Achda (A1A506230)


PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN GEOGRAFI
JURUSAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
2011





A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi pembangunan bangsa suatu negara. Pendidikan dinyatakan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Undang Undang No. 20 Tahun 2003). Penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang melibatkan guru sebagai pendidik dan siswa sebagai peserta didik, diwujudkan dengan adanya interaksi proses pembelajaran. Guru merencanakan kegiatan pengajarannya secara sistematis dan berpedoman pada aturan pendidikan yang ditetapkan dalam bentuk kurikulum.
Kurikulum yang digunakan adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), disempurnakan untuk meningkatkan mutu pendidikan dan berorientasi pada kemajuan sistem pendidikan nasional. Pengembangan kurikulum disusun untuk memberikan kesempatan kepada peserta didik belajar membangun dan menentukan jati diri melalui proses belajar aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan (Rusman, 2009: 472).
Pendidikan mempunyai tugas menyiapkan sumber daya manusia dalam pembangunan. Pembangunan selalu diupayakan sesuai dengan tuntutan zaman. Sistem pendidikan menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan sosial budaya dan masyarakat. Pembangunan sistem pendidikan tidak mempunyai arti jika tidak sesuai dengan pembangunan nasional (Umar Tirtarahardja & S.L.La Sulo, 2005: 225).
Pemerintah terus mengadakan pembaharuan dan penyesuaian dalam bidang pendidikan, baik dalam sistem, metode maupun peningkatan mutu pendidikan, sehingga manusia Indonesia diharapkan mempunyai kualitas sumber daya yang meningkat. Pelaksanaan pendidikan nasional sering mengalami kendala–kendala terutama dalam meningkatkan mutu pendidikan sehingga pemerintah melakukan upaya–upaya meliputi pembaharuan dan penyempurnaan kurikulum, meningkatkan kualitas guru, pengadaan buku dan fasilitas belajar lainnya yang berhubungan dengan kualitas pendidikan (Sudjana, 1989 dalam Mira Yunita, 2009: 1).
Upaya dalam meningkatkan mutu pendidikan, tidak terlepas dari peran guru sebagai mediator dan fasilitator. guru sebagai mediator hendaknya memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media pendidikan karena media pendidikan merupakan alat komunikasi untuk lebih mengefektifkan proses belajar-mengajar. Media pendidikan merupakan dasar yang sangat diperlukan yang bersifat melengkapi dan merupakan bagian integral demi keberhasilannya proses pendidikan dan pengajaran di sekolah (Uzer Usman, 2000: 11).
Peran guru sebagai fasilitator dalam pembelajaran yaitu guru harus terampil mempergunakan pengetahuan tentang bagaimana orang berinteraksi dan berkomunikasi. Peran guru sebagai fasilitator supaya guru dapat menciptakan secara maksimal kualitas lingkungan yang interaktif, merencanakan dan menciptakan sumber-sumber belajar lainnya sehingga tercipta lingkungan belajar yang kondusif. Sumber-sumber belajar selain guru disebut sebagai penyalur atau penghubung pesan ajar yang diadakan atau diciptakan secara terencana oleh para guru atau pendidik, biasanya dikenal sebagai ”Media Pembelajaran” (Uzer Usman, 2000: 11).
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dalam hal sarana dan prasarana pendidikan pada Bab XII Pasal 45 dengan tegas dinyatakan bahwa: (1) Setiap satuan pendidikan formal dan nonformal menyediakan sarana dan prasarana yang memenuhi keperluan pendidikan sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan potensi fisik, kecerdasan intelektual, sosial, emosional, dan kejiwaan peserta didik; (2) Ketentuan mengenai penyediaan sarana dan prasarana pendidikan pada semua satuan pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.
Media adalah sarana pendidikan dan merupakan alat bantu mengajar guru (teaching aids), alat bantu yang dipakai adalah alat bantu visual, yaitu gambar, model, objek dan alat-alat lain yang dapat memberikan pengalaman nyata, motivasi belajar serta mempertinggi daya serap belajar siswa. Media adalah “manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap (Arsyad, 1995: 3). Media pembelajaran adalah bahan, alat, dan manusia yang merupakan bagian dari sistem instruksional dan berfungsi sebagai penyalur informasi kepada siswa agar siswa terbuka pikiran, perasaan dan perhatiannya dalam memperoleh pengetahuan, keterampilan atau sikap selama pembelajaran berlangsung. agar interaksi belajar-mengajar tidak terjadi kesesatan, guru dianjurkan menggunakan media pembelajaran (Abdul Malik, 2006: 120).
Fungsi media dalam interaksi belajar-mengajar adalah untuk mengatasi perbedaan pengalaman pribadi anak didik, mengatasi kesulitan apabila suatu benda secara langsung tidak dapat diamati karena terlalu kecil, menjelaskan peristiwa-peristiwa alam, memungkinkan terjadinya kontak langsung dengan masyarakat dan dapat membangkitkan minat belajar baru dan membangkitkan motivasi kegiatan belajar anak didik (Abdul Malik, 2006: 121).
Jenis media yang sering dipakai dalam belajar mengajar yaitu media Audio meliputi radio, piringan hitam, pita Audo, tape recorder; media visual melilputi media visual diam, media visual gerak; media Audio Visual meliputi media Audio visual diam dan medi audio visual gerak; media serbaneka meliputi display, media tiga dimensi, karyawisata, belajar perprogram, komputer (Depdiknas, 2002: 15). Kriteria yang perlu diperhatikan dalam memilih media pembelajaran yaitu: sesuai dengan tujuan yang dicapai, tepat untuk mendukung isi pelajaran yang sifatnya fakta, konsep, prinsip, atau generalisasi, Praktis mudah dan bertahan, guru terampil menggunakannya, pengelompokkan sasaran, mutu teknis (Azhar Arsyad, 2005: 75).
Geografi yang obyek studinya permukaan bumi dengan relasi keruangannya, memiliki kedudukan yang kuat dalam memberikan dasar pengetahuan kepada setiap orang dalam mempelajari dan melakukan studi berbagai aspek kehidupan di permukaan bumi. Pelajaran Geografi yang diajarkan di sekolah merupakan mata pelajaran yang sangat penting yaitu membahas tentang geosfer beserta fenomena yang terjadi, untuk memberikan citra tentang geosfer beserta fenomena yang terjadi, tidak dapat hanya diceramahkan, ditanyakan, dan didiskusikan, melainkan juga harus ditunjukkan dan diperagakan. Oleh karena itu, diperlukan media pembelajaran yang khusus di pergunakan dalam pembelajaran geografi (Nursid Sumaatmadja, 2001: 15).
B. Isi
1. Media Pembelajaran
a. Pengertian Media
Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan kata jamak yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Media menurut termilogi adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan (Azhar Arsyad, 2005 : 3). Gerlach dan Ely ( 1971 : 3 ) menjelaskan bahwa media di pahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap.Lebih khusus, pengertian media dalam proses belajar mengajar cenderung di artikan sebagai alat-alat grafis, photografis, atau elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal.
Batasan yang di uraikan oleh Asosiasi Pendidikan Nasional (NEA) tentang media adalah bentuk-bentuk komunikasi baik cetak maupun audio visual serta peralatannya, media hendaknya dapat di manipulasi, dilihat, di dengar, serta dapat di baca. Batasan-batasan diatas ada persamaan tentang pengertian media, yaitu segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan pengirim ke penerima sehingga merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat sehingga siswa dalam belajar termotivasi dengan baik ( Sadiman : 1970 : 7 ).
b. Media Pembelajaran
Media pembelajaran menurut Oemar Hamalik (1994: 81-82) adalah bentuk gambar ilustrasi fotografi yang tidak diproyeksikan, terdapat dimana-mana baik di lingkungan siswa maupun lingkungan orang dewasa.
Media pembelajaran menurut Harjanto (1997: 247) memiliki dua arti:
1) Arti sempit, media pembelajaran diartikan hanya meliputi media yang dapat digunakan secara efektif dalam pembelajaran yang terencana;
2) Arti luas, media pembelajaran tidak hanya meliputi media komunikasi elektronik yang kompleks akan tetapi juga mencakup alat-alat sederhana seperti slide, fotografi, diagram dan bagan buatan guru, objek-objek nyata bahkan guru pun dianggap sebagai media.
Berdasarkan beberapa pengertian, dapat kita pahami bahwa media pembelajaran merupakan perantara atau penghubung antara siswa dengan materi pembelajaran. Segala sesuatu yang dapat membuat siswa mengetahui atau memahami suatu konsep dalam mata pelajaran juga dapat disebut media pembelajaran.
Pendapat terdahulu membuktikan bahwa media pembelajaran tidak terbatas pada hal-hal yang dianggap kompleks, namun jika sesuatu itu dapat menghubungkan siswa dengan materi atau dapat mencapai tujuan maka sangat pantas untuk disebut media pembelajaran.
c. Jenis-jenis Media Pembelajaran
Gagne (Sadiman Arif, 1990: 23 ) menegaskan bahwa media pembelajaran dikelompokkan dalam 7 kelompok, yaitu:
1) Benda untuk didemontrasikan
2) Komunikasi lisan;
3) Media cetak;
4) Gambar diam;
5) Gambar gerak;
6) Film bersuara;
7) Mesin belajar.
Soels dan Glasgow (Azhar Arsyad, 1997: 33-36) mengemukakan bahwa media dibagi dalam dua kategori luas, yaitu:
1) Pilihan media tradisional yang terdiri dari:
a) Visual diam yang diproyeksikan diantaranya: proyeksi tidak tembus pandang, proyeksi overhead, slides, dan filmstrip;
b) Visual yang tidak diproyeksikan, diantaranya: gambar poster, foto, charts, dan papan info;
c) Audio, diantaranya: rekaman piringan dan pita chalet;
d) Penyajian multimedia, diantaranya slide plus suara dan multi-image;
e) Visual dinamis yang diproyeksikan, diantaranya: film. Televisi, dan video;
f) Media cetak, diantaranya: buku teks, modul, work book, majalah ilmiah, dan lembaran lepas;
g) Permainan, diantaranya: teka teki, simulasi dan permainan papan;
h) Realita, diantaranya: model, specimen, dan manipulatif.
2) Pilihan Media teknologi mutakhir, yang terdiri dari:
a) Media berbasis komunikasi, diantaranya teleconference dan kuliah jarak jauh;
b) Media berbasis microprocessor, diantaranya: computer assisted, tutor intelijen, interaktif, hypermedia, dan compact.
Nursid Sumaatmadja (1997:79-82) mengemukakan bahwa jenis media pembelajaran geografi yang umumnya digunakan adalah
1) Peta, merupakan konsep dan hakikat dasar pada geografi;
2) Atlas, adalah kumpulan peta dalam bentuk buku;
3) Globe merupakan model dan bentuk yang sangat mini dari bola bumi;
4) Gambar dan potret yang berkenaan dengan gejala geografi;
5) Diagram dan grafik yang mendeskripsikan kuantitaif gejala geografi;
6) Media cetak lainnya seperti surat kabar, majalah terutama buku.
Beberapa jenis media yang lazim dipakai dalam kegiatan belajar mengajar khususnya di Indonesia.
1) Media Audio
Media audio berkaitan dengan indera pendengaran. Pesan yang akan disampaikan dituangkan ke dalam lambang-lambang auditif, baik verbal (ke dalam kata-kata / bahasa lisan) maupun non verbal. Ada beberapa jenis media yang dapat dikelompokkan dalam media audio antara lain radio, alat perekam pita magnetik, piringan hitam dan laboratorium bahasa.
2) Media Visual
Media grafis termasuk media visual. Sebagaimana halnya media yang lain, media grafis berfungsi untuk menyalurkan pesan. Saluran yang dipakai menyangkut indera penglihatan. Pesan yang akan disampaikan dituangkan dalam simbol-simbol komunikasi (Sadiman, dkk, 1990).
Simbol-simbol tersebut perlu dipahami benar, artinya agar proses penyampaian pesan dapat berhasil dan efisien. Grafis berfungsi pula untuk menarik, memperjelas sajian ide, mengilustrasikan atau menghiasi fakta yang mungkin akan cepat dilupakan atau diabaikan bila tidak digrafiskan, selain sederhana dan mudah pembuatannya media grafis termasuk media yang relatif mudah ditinjau dari segi biayanya.
Jenis media grafis (Sadiman, dkk, 1990) beberapa diantaranya:
a) Gambar / foto
Diantara media pendidikan, gambar/foto adalah media yang paling umum dipakai dan merupakan bahasa yang umum yang dapat dimengerti dan dinikmati dimana-mana. Sebuah pepatah cina yanta mengatakan bahwa sebuah gambar berbicara lebih banyak dari seribu kata.
b) Sketsa
Sketsa adalah gambar yang sederhana atau draft kasar yang melukiskan bagian-bagian pokoknya tanpa detail. Setiap orang yang normal dapat diajar menggambar, maka setiap guru yang baik haruslah dapat menuangkan ide-idenya ke dalam bentuk sketsa. Sketsa selain dapat menarik perhatian murid, menghindari verbalisme dan dapat memperjelas penyampaian pesan, harganya tidak perlu dipersoalkan sebab media ini dibuat langsung oleh guru.
c) Diagram
Diagram adalah suatu gambar sederhana yang menggunakan garis-garis atau simbol-simbol, diagram atau skema menggambarkan struktur dari objeknya secara garis besar, menunjukkan hubungan yang ada antar komponennya atau sifat-sifat proses yang ada disitu.
d) Bagan/chart
Bagan atau chart termasuk media visual. Fungsinya yang pokok adalah menyajikan ide-ide atau konsep-konsep yang sulit bila hanya dapat disampaikan secara tertulis atau lisan secara visual. Bagan juga mampu memberikan ringkasan batir-butir penting dari presentasi.
e) Grafik / graphs
Grafik merupakan suatu media visual, grafik adalah gambar sederhana yang menggunakan titik-titik, garis atau gambar.Untuk melengkapinya seringkali simbol-simbol verbal digunakan pula disitu.
Fungsinya adalah untuk menggambarkan data kuantitatif secara teliti, menerangkan perkembangan atau perbandingan suatu objek atau peristiwa yang saling berhubungan secara singkat dan jelas. berbeda dengan bagan, grafik disusun berdasarkan prinsip-prinsip matematik dan menggunakan data-data komparatif.
f) Kartun
Kartun sebagai salah satu bentuk komunikasi grafis dalam suatu gambar interpretative yang menggunakan simbol-simbol untuk menyampaikan suatu pesan secara cepat dan ringkas atau suatu sikap terhadap orang, situasi, atau kejadian-kejadian tertentu. Kemampuannya besar sekali untuk menarik perhatian, mempengaruhi sikap maupun tingkah laku.
g) Poster
Poster tidak saja penting untuk menyampaikan kesan-kesan tertentu tapi mampu pula untuk mempengaruhi dan memotivasi tingkah laku orang yang melihatnya. Usaha untuk mempengaruhi orang-orang membeli produk baru dari suatu perusahaan, untuk mengikuti program keluarga berencana atau untuk menyayangi binatang dapat dituangkan dalam poster.
h) Peta dan globe
Peta dan globe berfungsi untuk menyajikan data-data lokasi. Tetapi secara khusus peta dan globe tersebut memberikan informasi tentang (Sadiman, dkk, 1990)
(1) Keadaan permukaan bumi, daratan, sungai-sungai, gunung-gunung dan bentuk-bentuk daratan serta perairan lainnya;
(2) Tempat-tempat serta arah dan jarak tempat tinggal yang lain;
(3) Data-data budaya dan kemasyarakatan seperti misalnya populasi ataunpola bahasa / adat istiadat;
(4) Data-data ekonomi sperti misalnya hasil pertanian, industri atau perdagangan internasional.
Media lain dari peta dan globe, yang dipakai sebagai media dalam kegiatan belajar mengajar adalah:
(1) Memungkinkan siswa mengerti posisi dari kesatuan politik ,daerah kepulauan dan lain-lain.
(2) Merangsang minat siswa terhadap penduduk dan pengaruh-pengaruh geografis.
(3) Memungkinkan siswa memperoleh gambaran tentang imigrasi dan distribusi penduduk, tumbuh-tumbuhan dan kehidupan hewan, serta bumi yang sebenarnya.
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, peta dan globe sangat penting untuk mengkonkretkan pesan-pesan yang abstrak.
i) Papan planel
Papan planel adalah media grafis yang efektif sekali untuk menyajikan pesan-pesan tertentu kepada sasaran tertentu pula. Papan berlapis kain planel ini dapat dilipat sehinnga praktis. Gambar-gambar yang di sajikan dapat dipasang dan dicopot dengan mudah sehingga dapat di pakai berkali-kali. Selain gambar di kelas-kelas rendah Sekolah dasar atau Taman Kanak-Kanak,papan planel ini dipakai pula untuk menempelkan huruf dan angka-angka.
j) Papan buletin
Berbeda dengan papan planel, papan buletin ini tidak di lapisi kain planel tetapi langsung di tempel gambar-gambar atau tulisan. Fungsinya selain menerangkan sesuatu papan buletin dimaksudkan untuk memberitahukan kejadian dalam waktu tertentu.
k) Papan tulis (hitam, abu-abu, hijau)
Adalah papan dari kayu dengan permukaan yang bisa ditulis ulang dengan menggunakan kapur tulis. Papan tulis zaman dulu dibuat dari lembaran tipis batu tulis berwarna hitam atau abu-abu. Papan tulis sekarang dibuat dari lembaran papan yang dicat dengan cat yang tidak mengkilat, biasanya berwarna hitam atau hijau. Papan tulis biasanya digunakan di sekolah-sekolah dan institusi pendidikan atau pelatihan. Tulisan atau gambar yang dibuat dengan kapur tulis mudah dihapus dengan lap basah atau penghapus papan tulis yang dibuat dari secarik karpet yang ditempelkan di sepotong kayu. Sedangkan tulisan yang dibuat dari kapur tulis yang dibasahkan biasanya lebih sulit dihapus.
3) Media Audio - visual
Media Audio visual mempunyai persamaan dengan media grafis dalam arti menyajikan rangsangan-rangsangan visual. Bahan-bahan grafis banyak sekali di pakai dalam media Audio visual (Sadiman,dkk,2007).
Beberapa jenis Media Audio Visual antara lain:
a) Film bingkai
b) Film rangkai;
c) Media transparasi;
d) Proyector tak tembus pandang;
e) Mikrofis;
f) Film gelang;
g) Televisi (tv);
h) Video;
i) Permainan dan simulasi.




d. Manfaat dan Kegunaan Media Pembelajaran
Sudjana dan Rivai (1992: 2) yang di kutip Azhar Arsyad (2005: 24) mengemukakan manfaat media pembelajaran dalam proses belajar siswa yaitu:
1). Pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga menumbuhkan motivasi belajar
2). Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat di pahami oleh siswa dan memungkinkannya menguasai dan mencapai tujuan pembelajaran,
3). Metode mengajar melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya mendengarkan uraian akan lebih bervariasi sehinnga akan lebih menarik,
4). Siswa dapat lebih banyak guru tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati dan lain-lain.
Menurut Harjanto (1997: 245-246), secara umum media pembelajaran atau media pendidikan mempunyai kegunaan sebagai berikut:
1). Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu verbalistis.
2). Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indra.
3). Menimbulkan gairah belajar, interaksi siswa dengan lingkungan secara langsung, dan memungkinkan siswa belajar sendiri-sendiri sesuai dengan kemampuannya.
Dengan beberapa pendapat diatas dapat dikemukakan bahwa media pembelajaran memiliki manfaat yang besar baik bagi siswa maupun bagi guru. Bagi seorang guru, penggunaan media tentu sangat membantuk memperlancar pelaksanaan proses pembelajaran sebab siswa dapat dengan mudah memahami materi yang disampaikan. Bagi siswa, media dapat membuatnya tertarik dengan materi yang disampaikan sehingga lebih serius dan konsentrasi dalam mengikuti pembelajaran.
e. Cara Pemilihan Media Pembelajaran
Pemilihan media pembelajaran menurut Harjanto (1997: 250-252) harus memperhatikan beberapa faktor yaitu:
1). Faktor siswa;
2). Faktor isi pelajaran;
3). Faktor tujuan yang hendak dicapai.
Azhar Arsyad (2005: 67-69) mengemukakan ada 6 langkah yang harus dilakukan dalam memilih media, yaitu:
1). Menganalisis karakteristik umum kelompok sasaran. Menganalisis secara umum dan khusus yang meliputi pengetahuan keterampilan dan sikap awal mereka;
2). Merumuskan tujuan pembelajaran. Perilaku kemampuan baru apa yang diharapkan siswa miliki dan dikuasai setelah proses belajar mengajar selesai;
3). Memilih/memodifikasi, merancang dan mengembangkan materi yang tepat. Apabila materi dan media pembelajaran yang telah tersedia akan mencapai tujuan yang tentunya akan menghemat waktu dan biaya;
4). Menggunakan materi dan media. Diperlukan persiapan bagaimana dan berapa banyak waktu di perlukan untuk menggunakannya;
5). Meminta tanggapan dari siswa. Guru sebaiknya mendorong siswa untuk memberikan respon dan umpan balik mengenai keefektifan proses belajar mengajar;
6). Mengevaluasi proses belajar. Tujuan utama evaluasi untuk mengetahui tingkat pencapaian siswa mengenai tujuan pembelajaran.
Ada beberapa hal yang perlu di perhatikan dalam memilih media pembelajaran menurut Wilkinson, yaitu:
1). Tujuan
Media yang dipilih hendaknya menunjang tujuan pembelajaran yang dirumuskan. Tujuan yang dirumuskan ini adalah kriteria yang paling cocok, sedangkan tujuan pembelajaran yang lain merupakan kelengkapan dari kriteria utama.
2). Ketepatgunaan
Materi yang akan dipelajari adalah bagian-bagian yang penting dari benda, maka gambar seperti bagan dan slide dapat digunakan. Apabila yang dipelajarai adalah aspek-aspek yang menyakut gerak, maka media film atau video akan lebih tepat. Wilkinson menyatakan bahwa penggunaan bahan-bahan yang bervariasi menghasilkan dan meningkatkan pencapain akademik.
3). Keadaan siswa
Media akan efektif digunakan apabila tidak tergantung dari beda interindividual antara siswa. Misalnya siswa tergolong tipe auditif/visual maka siswa yang tergolong auditif dapat belajar dengan media visual dari siswa yang tergolong visual dapat juga belajar dengan menggunakan media auditif.
4). Ketersediaan
Suatu media dinilai sangat tepat untuk mencapai tujuan pembelajaran, media tersebut tidak dapat digunakan jika tidak tersedia. Media menurut Wilkinson merupakan alat mengajar dan belajar, peralatan tersebut harus tersedia ketika dibutuhkan untuk memenuhi keperluan siswa dan guru.
5) Biaya
Biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh dan menggunakan media, hendaknya benar-benar seimbang dengan hasil-hasil yang akan dicapai.

2. Guru
Pengertian guru menurut beberapa ahli dapat diuraikan sebagai berikut :
a. guru adalah seseorang yang pekerjaannya mengajar orang lain (McLeod,1989);
b. guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada jalur pendidikan formal, pada jenjang pendidikan dasar dan pendidikan menengah (UU RI No. 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen pasal 1).
c. guru adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang diberi tugas, wewenang dan tanngung jawab oleh pejabat yang berwenang untuk melaksanakan pendidikan disekolah (Surat edaran mendikbud dan kepala BKN No 57686/MPK/1989).

3. Peranan guru dalam proses pembelajaran
Beberapa peranan guru dalam proses pembelajaran yaitu sebagai berikut :
a. Guru sebagai demonstrator, perannya sebagai demonstrator atau pengajar, guru hendaknya senantiasa menguasai bahan atau materi pelajaran yang akan diajarkannya serta senantiasa mengembangkan dan meningkatkan kemampuannya dalam hal ilmu yang dimilikinya karena hal ini sangat menentukan hasil belajar yang dicapai oleh siswa;
b. Guru sebagai pengelola kelas, peranannya sebagai pengelola kelas, guru hendaknya mampu mengelola kelas sebagai lingkungan belajar serta merupakan aspek dari lingkungan sekolah yang perlu di organisasi.Lingkungan ini diatur dan diawasi agar kegiatan-kegiatan belajar terarah kepada tujuan-tujuan pendidikan.
c. Guru sebagai mediator dan fasilitator, guru hendaknya memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media pendidikan, karena media pendidikan merupakan alat komunikasi untuk lebih mengefektifkan proses belajar mengajar.
d. Guru sebagai evaluator.Fungsi ini di maksudkan agar guru mengetahui apakah tujuan yang telah dirumuskan telah tercapai atau belum,dan apakah materi yang diajarkan sudah cukup tepat. Guru dengan melakukan penilaian akan dapat mengetahui keberhasilan pencapaian tujuan, penguasaan siswa terhadap pelajaran, serta ketepatan atau keefektifan metode mengajar.Guru dalam fungsinya sebagai penilai hasil belajar, hendaknya secara terus menerus memantau hasil belajar yang telah di capai oleh siswa-siswanya dari waktu ke waktu (Uzer Usman, 2009: 9-11).

4. Geografi
Geografi menurut R.bintarto (1997) adalah ilmu pengetahuan yang mencitrakan, menerangkan sifat –sifat bumi, menganalisis gejala-gejala alam dan penduduk, serta mempelajari corak yang khas tentang kehdupan dari unsur-unsur bumi dalam ruang dan waktu. Geografi menurut Sumaatmadja (1997) adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena geosfer dengan sudut pandang kelingkungan atau kewilayahan dalam konteks keruangan.
Pelajaran geografi adalah sub bidang studi ilmu sosial yang khusus mempelajari cara mengamati, menggolong – golongkan, menganalisa dan menghubung – hubungkan perbedaan daerah – daerah di permukaan bumi. Geografi memadukan dimensi - dimensi alam dan manusia di dunia dalam menelaah manusia dan lingkungannya. (Depdiknas 2001: 5).
Berdasarkan beberapa definisi geografi di atas, dapat disimpulkan bahwa mata pelajaran geografi yang di ajarkan di sekolah merupakan kumpulan bahan ajar yang mempelajari gejala-gejala alam dan kehidupan manusia dengan variasi wilayahnya.
Fungsi mata pelajaran geografi adalah sebagai berikut:
1. Mengembangkan pengetahuan tentang pola-pola keruangan dan proses yang berkaitan ;
2. Mengembangkan keterampilan dasar dalam memperoleh data dan informasi,mengkomunikasikan, dan menerapkan pengetahuan geografi;
3. Menumbuhkan sikap, kesadaran, dan kepedulian terhadap lingkungan hidup dan sumber daya toleransi terhadap keragaman sosial-budaya masyarakat (Sumaatmadja,1997).
5. Pentingnya Penggunaan Media Pembelajaran Di Sekolah
a. Penyampaian materi pelajaran dapat diseragamkan
Setiap guru mungkin mempunyai penafsiran yang berbeda-beda terhadap suatu konsep materi pelajaran tertentu. Dengan bantuan media, penafsiran yang beragam tersebut dapat dihindari sehingga dapat disampaikan kepada siswa secara seragam. Setiap siswa yang melihat atau mendengar uraian suatu materi pelajaran melalui media yang sama, akan menerima informasi yang persis sama seperti yang diterima siswa-siswa lain. Dengan demikian, media juga dapat mengurangi terjadi kesenjangan informasi diantara siswa di manapun berada.
b. Proses Pembelajaran Menjadi Lebih Jelas dan Menarik
Dengan berbagai potensi yang dimilikinya, media dapat menampilkan informasi melalui suara, gambar, gerakan dan warna, baik secara alami maupun manipulasi. Materi pelajaran yang dikemas melalui program media, akan lebih jelas, lengkap, menarik minat siswa. Dengan media, bahan materi sajian bisa membangkitkan rasa keingintahuan siswa, merangsang siswa bereaksi baik secara fisik maupun emosional. Pendeknya, media dapat membantu guru untuk menciptakan suasa belajar menjadi lebih hidup, tidak monoton dan tidak membosankan.
c. Proses Pembelajaran Menjadi Interaktif
Jika dipilih dan dirancang secara baik, media dapat membantu guru dan siswa melakukan komunikasi dua arah secara aktif selama proses pembelajaran. Tanpa media, seorang guru mungkin akan cenderung berbicara satu arah kepada siswa. Namun dengan media, guru dapat mengatur kelas sehingga bukan hanya guru sendiri yang aktif tetapi juga siswa.
d. Meningkatkan kualitas hasil belajar siswa
Penggunaan media bukan hanya membuat proses belajaran lebih efisien, tetapi juga membantu siswa menyerap materi belajar lebih mendalam dan utuh. Bila hanya dengan mendengarkan informasi verbal dari guru saja, mungkin siswa kurang memahami pelajaran secara baik. Tetapi jika hal itu diperkaya dengan kegiatan melihat, menyentuh, merasakan atau mengalami sendiri melalui media, maka pemahaman siswa pasti akan lebih baik.
e. Media memungkinkan proses belajar dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja
Media pembelajaran dapat dirancang sedemikian rupa sehingga siswa dapat melakukan kegiatan belajar secara lebih leluasa, kapanpun dan dimanapun, tanpa tergantung pada keberadaan seorang guru. Program-program pembelajaran audio visual, termasuk program pembelajaran menggunakan komputer, memungkin siswa dapat melakukan kegiatan belajar secara mandiri, tanpa terikat oleh waktu dan tempat. Penggunaan media akan menyadarkan siswa betapa banyak sumber-sumber belajar yang dapat mereka manfaatkan untuk belajar. Perlu kita sadari bahwa alokasi waktu belajar di sekolah sangat terbatas, waktu terbanyak justru dihabiskan siswa di luar lingkungan sekolah.
f. Media dapat menumbuhkan sikap positip siswa terhadap materi dan proses belajar
Dengan media, proses pembelajaran menjadi lebih menarik sehingga mendorong siswa untuk mencintai ilmu pengetahuan. Kebiasaan siswa untuk belajar dari berbagai sumber tersebut, akan bisa menanamkan sikap kepada siswa untuk senantiasa berinisiatif mencari berbagai sumber belajar yang diperlukan.
g. Proses Pembelajaran Menjadi Lebih Jelas dan Menarik
Dengan memanfaatkan media secara baik, seorang guru bukan lagi menjadi satu-satunya sumber belajar bagi siswa. Seorang guru tidak perlu menjelaskan seluruh materi pelajaran, karena bisa berbagi dengan media. Dengan demikian, guru akan lebih banyak memiliki waktu untuk memberi perhatian kepada aspek-aspek edukatif lainnya, seperti membantu kesulitan belajar siswa, pembentukan kepribadian, memotivasi belajar, dll. Demikianlah, jika media dimanfaatkan secara optimal kualitas belajar siswa akan meningkat sehingga akan menghasil output yang memuaskan. Selain prestasi akademik mereka akan mengalami peningkatan, diharapkan belajar yang berkualitas akan mengubah perilaku perserta didik.